Jakarta, KompasOtomotif - Peugeot Indonesia setia menunggu regulasi mobil ramah lingkungan (Low Carbon Emmision Project/LCEP) yang belum juga dikeluarkan pemerintah. Padahal, dengan regulasi tersebut mereka bisa merakit secara lokal (CKD) salah satu model andalannya 3008 HYbrid4 yang mengawinkan mesin diesel dan motor listrik.
"Kalau LCGC (mobil murah dan ramah lingkungan) agak berat bisa dicapai, sedangkan LCEP lebih fleksibel," komentar Constantinus Herlijoso, Chief Executive Officer PT Astra International Tbk-Peugeot Sales Operation (PSO) di Senayan City, Jakarta Selatan, hari ini (1/5).
"Pilihan kami 3008 karena merupakan model pertama berteknologi hibrida diesel yang dipasarkan di dunia. Konsumsi bahan bakarnya mencapai 20 kpl, sesuai ketentuan yang ada (LECP)," lanjut Herlijoso.
Belum munculnya regulasi LECP, menurut Herlijoso, menjadi salah satu alasan rencana CKD Peugeot di Indonesia belum jalan. Masalah logistik, lanjutnya, terutama terkait impor mobil secara semi terurai (SKD) juga jadi salah satu kendala.
"Program ini (LECP), sebenarnya bisa jadi batu loncatan kami untuk hadir di Indonesia, tapi sampai sekarang regulasinya belum muncul juga," tegas Herlijoso.
Rencananya, proyek CKD Peugeot akan memanfaatkan fasilitas perakitan milik PT Gaya Motor yang masih dibawah naungan Grup Astra. Investasi paling besar untuk merakit 3008 adalah membeli peralatan jig, sedang untuk welding dan painting, bisa memanfaatkan fasilitas yang sudah dimiliki Gaya Motor.
Peugeot meluncurkan 3008 HYbrid4 di Eropa mulai kuartal ketiga 2010 dibekali mesin diesel 2.0 liter turbo, 4 silinder, menghasilkan tenaga 122 kW dan torsi 300 Nm. Sedang motor listrik bertenaga 28 kW dengan torsi 200 Nm. Perpaduan ini diklaim menghasilkan konsumsi bahan bakar 32,2 kpl dengan emisi gas buang karbondioksida 99 gram per km.
0 komentar:
Posting Komentar