Jakarta, KompasOtomotif - Potensi industri otomotif nasional sangat menarik bagi investor luar walau penjualan dan produksi mobil kalah dibandingkan dengan Thailand. Di lain hal, para pelaku masih terus merasakan berbagai ganjalan sehingga kontra produktif. Hal tersebut dikemukakan oleh Joko Trisanyoto, pengaman otomotif nasional, sebelumnya adalah Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor.
"Regulasi LCGC, misalnya, sampai sekarang tak kunjung keluar. Keputusan menaikkan BBM masing ragu-ragu. Ini akan mempengaruhi kepercayaan internasional," komentarnya kemarin (30/4/2013).
"Bisnis itu penuh risiko, Indonesia ini ibarat, high risk high return. Tinggal siapa saja (prinsipal) yang berani canggih-canggihan di sini karena potensinya luar biasa," tegas Joko.
Salah satu masalah utama - sampai sekarang belum juga diselesaikan pemerintah - adalah kesiapan infrastruktur. Ini bukan sekedar menambah pembangunan jalan untuk mengurai kemacetan jalan. "Lebih ke infrastruktur pendukung industri, seperti pelabuhan laut, pergudangan dan transportasi publik. Semuanya sangat minim," lanjutnya.
Industri wajib didorong karena dari sinilah diperoleh nilai tambah bisnis,yaitu penyerapan tenaga kerja, investasi dan efek berantai ekonomi yang menghidupkan masyarakat banyak. Infrastruktur yang minim menyebabkan investor memilih berdagang saja. "Sangat penting, pemerintah bisa menghasilkan regulasi yang pasti untuk jangka panjang. Jangan sebentar-sebentar berubah! Ganti pimpinan juga berubah. Hal ini menimbulkan spekulasi!" papar Joko.
Distribusi
Distribusi, menurut Joko merupakan salah satu bagian terpenting dalam memajukan industri, terutama otomotif. Pemanfaatan sarana transportasi kereta belum maskimal. Padahal bisa dinadalkan di sepanjang Pulau Jawa.
"Kalau sepanjang Jakarta-Surabaya dibangun rel ganda dan stasiun yang dilewati bisa muat kontainer, distribusi bisa menggunakan kereta. Akan mengurangi beban Pantura," lanjutnya.
Ditambahkan, ekonomi Indonesia memang terus bergerak. Namun kalau tidak ditopang dengan insfrastruktur yang baik, perkembangannya juga lambat. "Pemimpin di negeri ini wajib berfikir sampai ke sana. Jangan cuma menduduki jabatan saja," tutup Joko.
0 komentar:
Posting Komentar